Gambar: 2

  • Bagikan

Jakarta (20/07/2020) – Disadari atau tidak pandemi COVID-19 memaksa percepatan proses transformasi digital di berbagai tatanan kehidupan Indonesia. Dilansir dari kominfo.go.id, Menteri Kominfo, Johnny G. Plate dalam sambutan pembuka pada Seminar Daring Mendorong Akselerasi Transformasi Digital: Peran Infrastruktur TI, Senin (20/07), menyampaikan bahwa Kementerian Kominfo sedang mengupayakan percepatan transformasi digital di Indonesia melalui empat kebijakan, yaitu:

  1. Penyelesaian pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informatika yang merata dan berkualitas;
  2. Pengembangan teknologi pendukung akselerasi transformasi digital;
  3. Pengembangan SDM digital dengan jumlah dan kualitas yang memadai dan berkelanjutan; dan
  4. Penuntasan legislasi primer dan penguatan kerja sama internasional.

Dalam hal infrastruktur, Johnny menambahkan bahwa saat ini telah dibangun jaringan backbone nasional berbasis serat optik sepanjang 348.422 kilometer di daratan dan lautan Indonesia. 12.148 kilometer di antaranya dibangun oleh BAKTI dan sisanya oleh operator telekomunikasi.

7.904 desa/kelurahan belum ada jaringan 4G

Selanjutnya Dirut BAKTI, Anang Latif menyampaikan bahwa hingga tahun 2020 ini masih terdapat total 12.548 desa/kelurahan yang belum terjangkau jaringan Internet 4G, meski sudah bisa menangkap sinyal 3G. Dan 7.904 desa/kelurahan di antaranya sama sekali belum terjangkau jaringan Internet, terutama di daerah 3T.

Anang menambahkan bahwa BAKTI menargetkan pada akhir 2022 nanti 12.548 desa/kelurahan tadi sudah tersambung Internet. Dan pada awal tahun 2023 nanti akan dapat menikmati dan menggunakan Internet tersebut secara layak dan memadai.

Untuk mencapai target pada akhir 2022 nanti perlu adanya akselerasi dalam pembangunan infrastruktur TI. Dan geografis daerah 3T, terutama di daearah Papua, menjadi salah satu tantangan terbesar dalam proses akselerasi infrastruktur ini.

Lebih lanjut Anang menambahkan bahwa faktor pertama keberhasilan transformasi digital berkat adanya infrastruktur. Faktor berikutnya adalah pendampingan masyarakat dalam literasi digital oleh berbagai sektor.

Menurut Anang pendampingan literasi digital sangat penting. Berdasarkan pengalamannya kehadiran jaringan Internet tanpa adanya pendampingan, justru akan menimbulkan berbagai hal negatif.

Infrastruktur dan jaringan telekomunikasi sebagai pilar utama transformasi digital

Dalam kesempatannya Direktur Jenderal PPI, Ahmad M. Ramli menyampaikan bahwa saat ini kita memasuki masa reopening. Dan disadari atau tidak pada masa ini telekomunikasi telah menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan kita, terutama saat bertransformasi digital.

“Dalam bertransformasi digital setidaknya ada lima pilar,” sambung Ahmad. Kelima pilar itu adalah infrastruktur dan jaringan telekomunikasi; quality of use; marketplace variable; kurir, pos, dan logistik; dan pemberdayaan UMKM.

Dari kelima pilar itu, yang paling diperlukan pertama kali adalah infrastruktur. “Kita berbicara online shop, bantuan tunai ke daerah menggunakan teknologi informasi, kalau jaringannya tidak ada dan sinyalnya tidak bagus, ya, tetap saja tidak bisa,” demikian jelasnya.

Lebih lanjut Ahmad menyampaikan bahwa ada tiga variabel primer digitalisasi nasional. Ketiga variabel itu, yaitu jangkauan dan pemerataan sinyal, kualitas layanan, dan segmentasi leveling.

ICT Building Block

Sejak awal seminar selalu disinggung istilah transformasi digital. Direktur Jenderal SDPPI, Ismail secara singkat menjelaskan bahwa transformasi digital merupakan proses peralihan aktivitas dari yang asalnya dilakukan secara langsung/non-digital ke ruang digital, seperti kerja secara daring dan belajar secara daring.

Dalam paparannya dijelaskan lebh lanjut bahwa transformasi digital merupakan transformasi proses bisnis yang menggunakan konten terdigitasi dan perubahan kemampuan yang cepat. Contoh nyata transformasi digital yaitu pemanfaatan kecerdasan buatan dalam perizinan dan penggunaan big data dalam pengambilan keputusan.

Salah satu manfaat lain dari transformasi digital, yaitu interaksi yang lebih luas dengan memanfaatkan ruang digital. Misal dalam pemasaran produk, jika dilakukan melalui ruang digital akan dapat menggapai pasar yang lebih luas.

Salah satu indikator kemajuan suatu negara diukur dari persentase transformasi digital yang telah dilakukan. “Dengan adanya COVID-19 ini, terjadi suatu percepatan atau keterpaksaan dalam bertransformasi digital,” ujar Ismail, “(salah satunya) karena harus (menerapkan) physical distancing.”

Oleh karenanya selain persentase, indikator kemajuan suatu negara turut dilihat dari penerapan transformasi digital sebagai solusi permasalahan yang ada, salah satunya masalah kesehatan. Menurut Ismail tahapan transformasi digital ada tiga, yaitu digitasi, digitalisasi, dan transformasi digital.

Lebih lanjut Ismail menyampaikan bahwa dalam bertransformasi digital ada sejumlah ICT building block yang harus diselesaikan secara serempak. Peran Kementerian Kominfo dalam hal ini sebagai dirijen agar pembangunan blok-blok ini dapat terselesaikan bersamaan serta merata, sehingga proses transformasi digital berjalan optimal.

Infrastruktur merupakan blok TIK prasyarat dalam transformasi digital. Komponen infrastruktur di antaranya infrastruktur pasif, jaringan, termasuk perangkat.

Lebih lanjut Ismail menjelaskan bahwa infrastruktur ini harus ada secara bersamaan. Selain itu harus merata hingga ke pelosok, dan harus terjangkau.

Blok TIK lainnya, yaitu aplikasi dan konten. Semua ini harus didukung oleh regulasi, SDM yang berkapasitas, dan pengamanan atas data serta informasi yang dapat membuat kita merasa aman dan nyaman.

Diharapkan semua pihak yang berkepentingan dapat mengambil perannya masing-masing, sehingga proses transformasi digital dapat berjalan dengan lancar. Seminar daring seri pertama ini kemudian diakhiri dengan sesi tanya-jawab antara peserta (yang mengikuti via Zoom dan Youtube) dengan narasumber.

===

Pubdokpus – Kontributor: Gaturi; Redaktur: Riguna A. Fazar

Label
ti, infrastruktur, peran, digital, transformasi, akselerasi, mendorong