• Bagikan

Jakarta - Puslitbang Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik, Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kominfo, mengadakan seminar Rancangan Penelitian “Kajian Kesadaran (Social Awareness) Masyarakat Terhadap Keamanan Sistem Elektronik”, (11/09- 2017).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat keamanan informasi di kalangan masyarakat yang berdampak terhadap banyaknya insiden keamanan informasi yang dapat merugikan masyarakat. Sehingga perlu adanya tindakan kesadaran keamanan informasi (information security awareness). Kesadaran akan pentingnya menjaga keamanan informasi pada masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni kepatuhan hukum (regulasi) dan penjagaan integritas data atau informasi pengguna internet atau sistem informasi.

Mengomentari penelitian ini, Samuel Abrijani Pangarepan mengungkapkan bahwa tahun 2020 target transaksi online 1.200 triliun. “Target kita pada tahun 2020 nanti untuk transaksi online sudah bisa mencapai 1.200 triliun. Untuk mencapai hal tersebut perlu di persiapkan dengan memiliki bank account sendiri. Saat ini orang desa tidak memiliki bank account, karena fasilitasnya belum memadai, ini yang menjadi tugas kami,” uajr Dirjen Aplikasi Informatika, Kominfo tersebut.

Ia juga menyarankan ke depannya untuk melakukan kajian leveling, “Kajian ini (leveling) dapat di pakai di Aptika, kalo bisa level terbawah dimulai dari sekolah SD. Sehingga mereka bisa survive saat terjun ke masyarakat. Diharapkan dari tiap-tiap level ketemu permasalahannya, untuk bukti dukung catatan target Aptika tahun 2020”.

Basuki Yusuf Iskandar menyarankan penelitian ini perlu di lakukan uji tes kembali. “Ada kecenderungan dalam studi ini bahwa level perilaku lebih tinggi dari level pengetahuan. Ini harus di uji coba dulu, jika level pengetahuannya benar lebih rendah kita bisa tingkatkan di sistemnya. Kedepannya bisa di tambahkan penelitian lanjutan utnuk fokus ke ekosistemnya,” ujar Kepala Badan Litbang SDM, Kominfo tersebut.

Ia pun mempertegas bahwa kita masih fragile terhadap cyber crime. “Kita masih fragile terhadap cyber crime, karena level kita masih rendah. Ada anomalinya: lingkungan yang mendorong, hal inilah yang perlu ditambahi”.

Siti Meiningsih mengatakan bahwa bagaimana kajian dapat digunakan untuk menyusun strategi komunikasi. “Kami (Ditjen IKP) sebagai salah satu pengguna, bagaimana rekomendasi dari kajian ini dapat kami gunakan untuk menyusun strategi komunikasi. Posisi IKP sebetulnya membantu melakukan edukasi / sosialisasi / literasi, sehingga yang kami perlukan adalah membuat strategi komunikasi. Disinilah leveling diperlukan,” ujar Direktur PPI, Ditjen IKP, Kominfo tersebut. Ia berharap studi ini dapat menembus leveling sehingga dapat menghasilkan tools/SOP yang dapat dikembangkan.

Ashwin Sasongko turut menegaskan pentingnya suatu sistem. “Saat ini sistem perlu dikembangkan dengan cara pendidikan dan sosialisasi sejak dini. Jika sistem nya belum kuat dapat dipaksakan, contohnya dapat dimulai dari instansi, seperti misalnya dengan menggunakan smart phone yang terkontrol dari pusat dimana pin nya dipaksa harus complicated dan diganti secara berkala”, ujar Peneliti LIPI tersebut.

Sedangkan Lida Sandra yang menilai kajian dari sudut pandang psikologis mengatakan bahwa pemerintah dapat mengintervensi dari segi ekosistem dan mesosistem.”Sosialisasi dan edukasi kita belum neyentuh hilir (nilai dasar) mereka. Kalau sebatas hanya memberitahu tidak akan kena. Karena itu perlu bantuan dari semua pemangku kepentingan. Kepala Badan Litbang SDM dapat bekerjasama dengan Dirjen Aptika sebagai yang lebih berwenang untuk mengintervensi dari segi ekosistem dan mesosistem,” ujar Dosen Ukrida tersebut.

Ia juga menyarankan supaya latar belakangnya di perluas. “Latar belakang kajian ini perlu diperluas dengan sasarannya anak SMA. Karena anak-anak menggunakan media sosial lebih intensif untuk meningkatkan eksistensi dirinya”.

Fetri Miftah melihat kajian ini dari sisi industri, menyarankan bahwa teknik penelitian dapat menggunakan analisis time. “Kedepannya penelitian ini dapat secara sengaja mencari batasan ekstrim dengan menggunakan analisis time”, ujar Praktisi Xynesis International tersebut. Ia juga berharap laporan ini dapat berlanjut, karena belum mempunyai profil yang tepat untuk memetakan kesadaran.

Seminar Rancangan Penelitian “Kajian Kesadaran (Social Awareness) Masyarakat Terhadap Keamanan Sistem Elektronik”, dilaksanakan di Hotel Oria, Jakarta, yang dihadiri oleh perwakilan dari Ditjen Aptika dan Ditjen IKP, Pejabat Struktural, peneliti dan calon peneliti di lingkungan Badan Litbang SDM, beserta staf di lingkungan Puslitbang Aptika dan IKP. (NM)


Label
puslitbang aptika dan ikp, seminar hasil penelitian, social awareness